Minggu, 22 Juli 2012

Sepenggal Cerita Waktu SMA

Sepenggal Cerita Waktu SMA

Waktu itu di SMAku lagi musim geng-gengan, alias ngegrup. Aku ditarik masuk ke dalam salah satu geng yang jumlahnya ada 9 orang termasuk aku. Namanya HALF FANCY... ialah inisial nama anggota. Hanny, Alan, Luna, Ferry, Fonny, Adit, Nita, Chandra, dan Yuda... Kemana-mana kami selalu bersama, dari belajar sampai jalan-jalan. Setiap kali jalan, aku selalu dibonceng oleh Alan...dan entah kapan mulainya, aku merasa nyaman bersamanya, dan berdebar setiap bertemu dengannya. Hhhh... mungkin aku telah jatuh cinta.
Namun sepertinya cintaku bertepuk sebelah tangan, Alan mencintai Yoanne... dan itulah yang menjadi alasan kenapa kami bersembilan selalu berkunjung ke Tangerang, meskipun agak jauh dari tempat tinggal kami.
"Sepertinya Yoanne nggak suka sama aku, Lun..." kata Alan ketika dalam perjalanan pulang.
"Nggak suka gimana ?" tanyaku.
"Kamu lihat sendiri kan, dia nggak mau keluar rumah kalo ngelihat aku ?"
"Iya..."
"Lebih baik aku nyerah aja..."
Mungkin seharusnya waktu itu aku merasa senang, karena Alan akan berhenti mendekati Yoanne. Tapi bukan itu yang aku rasakan... aku bisa merasa kesedihannya,
"Masa gitu aja nyerah, Lan..." kataku.
"Aku bisa berbuat apalagi, Lun... bahkan dia nggak sedikitpun kasih aku kesempatan untuk dekat sama dia..."
"Seorang cowok nggak boleh mudah menyerah, Lan... kalo perlu kamu tungguin sampai dia keluar rumah,"
"Kalo dia nggak nongol juga ?"
"Bikin aja tenda didepan rumahnya, pasti dia keluar...nggak mungkin kan selamanya dia berada didalam rumah ?"
Alan tertawa mendengar ucapanku,
"Kamu lucu juga, Lun, makasih ya kamu udah menghibur aku... coba saja aku bisa jatuh cinta sama kamu..." Deg ! Ungkapan Alan itu membuat jantungku melompat keluar...
"Kamu itu baik dan pengertian... mungkin suatu saat nanti aku bisa jatuh cinta sama kamu," katanya lagi. Aku bahagia mendengarnya.
Hari demi hari kulalui dengan penuh harapan, karena Alan semakin lama semakin terasa dekat. Sampai suatu saat dia memberikan sebuah surat cinta untukku, melalui seorang temannya.
Untuk Luna...
Mungkin aku terlihat konyol karena menulis sebuah surat bukannya langsung mengungkapkannya kamu... itu aku lakukan karena aku bukan cowok yang bisa dengan mudah mengungkapkan perasaan... Lun, aku cinta kamu dan aku mau kamu jadi pacarku... bukan sebagai sahabat lagi... maukah kamu menerimaku ? dari Alan

Tanganku gemetar, jantungku berdebar keras, tubuhku panas dingin, dan mulutku bergetar saat aku membacanya. Saat itu juga aku balas suratnya.
Alan, aku mau jadi pacar kamu...
"Luna, Adit menyatakan cinta ke aku..." kata Nita bahagia.
"Adit menyatakan cinta ke kamu ?" Nita mengangguk.
"Alan juga menyatakan cinta ke aku..." kataku.
"Oh ya ? Bagus dong, akhirnya harapan kita berdua tercapai..." Aku tersenyum mengiyakan.
Empat hari kemudian kulihat ada tanda biru dileher Nita.
"Apa itu, Nit ?" tanyaku penasaran.
"Sstt, jangan bilang-bilang ya, semalam Adit menciumku..."
"Gila kamu ?!?" kataku terkejut.
"Emangnya Alan belum cium kamu ?"
"Jangankan cium, Nit... jalan bareng aja nggak..."
"Masa sih ?"
"Alan bilang akan kerumahku setiap Sabtu aja, ini kan baru hari Kamis..."
"Kok aneh sih ?"
"Ya nggaklah, wajar lagi kalo orang pacaran itu setiap malam minggu, justru kamu itu yang aneh, baru pacaran empat hari udah..." Nita meletakkan telunjuknya dibibirku.
"Jangan terusin, aku kan jadi malu..."
"Kamu hati-hati lho, jangan sampai diapa-apain sama Adit..." Nita mengangguk.
Hari Sabtu tiba, jantungku kembali berdebar saat pintu rumahku diketuk oleh seseorang...
"Alan..." kataku lalu kubukakan pintu. Tapi ternyata bukan Alan yang datang melainkan Donny, cowok yang selama ini mengejarku.
"Aku nggak bisa nemuin kamu, Don..."
"Kenapa ? Ada yang mau datang ya ?" Aku mengangguk. "Aku akan pulang kalo ada yang datang, gimana ?" Mau tak mau aku menerimanya. Sampai malam tiba Alan tak kunjung datang, ada apa ini ? Aku mulai resah.
Seninnya aku kembali bertemu dengan Alan disekolah, tanpa senyuman seperti biasanya, bahkan dia acuhkan aku... entah kenapa... Saat aku masuk kekelas, kulihat Nita menangis sesenggukkan sambil menelungkupkan kepalanya di bangku.
"Kamu kenapa Nit ?"
"Adit mutusin aku..." katanya terbata-bata.
"Tapi kenapa ?"
"Aku nggak tahu, Lun..."
"Kurang ajar sekali dia !!!" akupun marah dan hendak menegur Adit namun Nita melarangku.
"Jangan Lun, biarin aja..."
"Tapi kamu nggak boleh diperlakuin kayak gini, Nit..."
"Mungkin memang aku yang salah, Lun... aku terlalu mengekang dia,"
"Memangnya kamu mengekang dia ?"
"Aku terlalu cemburuan, Lun..."
"Ya sudah, kamu tenang, nggak usah nangis kayak gini, cowok yang lebih baik dari Adit masih banyak kok..."
Namun Nita masih saja menangis dan menangis, bahkan tak menggubris sindiran para guru yang mengajar.
Datang lagi surat dari Alan untukku...
Luna, maaf kemarin Sabtu aku nggak bisa datang, karena aku melihat Donny ada dirumahmu...
Lun, maaf ya, sepertinya kita nggak bisa pacaran... lebih baik kita bersahabat saja seperti dulu...

Ya Tuhan, baru saja aku merasa bahagia, kini aku harus kecewa... kubalas surat Alan...
Nggak apa-apa kita berteman, tapi katakan dulu apa sebab kamu melakukan ini... kalo Donny alasan kamu, kamu salah besar, karena aku dan Donny nggak ada hubungan apapun... bahkan kamu sudah tahu kalo aku nggak pernah suka dengan Donny... kamu ingat dulu aku pernah minta kamu untuk bilang ke Donny kalo jangan pernah mendekati aku lagi...?
Alan tak menjawab apapun... sama seperti yang Adit lakukan pada Nita...
Kutatap Alan dari bangku tempatku duduk, lihatlah aku Lan, aku nggak akan menangis untuk kamu... seperti apa yang Nita lakukan... meskipun sakit, aku bukan cewek yang bisa kamu permainkan... lalu aku berpikir...
Mungkinkah mereka hanya taruhan... kalo nggak kenapa waktu menyatakan cinta dan putus, mereka melakukannya disaat yang sama...?
Mungkinkah Donny mengancam Alan untuk menjauhiku ? Entah apa ancamannya sampai membuat Alan takut ?
Entahlah, sampai kini aku tak pernah tahu...
Tapi setidaknya aku mengambil hikmah dari semua kejadian itu...
Akhir-akhir ini baru kuketahui Alan adalah cowok yang suka main wanita, dan nge-drug...
Hhhh... Tuhan sudah menyelamatkan aku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar